Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan (ilmiah) adalah suatu keniscayaan. Sepanjang ilmu merupakan hasil akal budi manusia, maka ia tidak “kebal” atas perubahan menuju bentuk kebenaran baru. Ilmu pengetahuan berkembang dalam arus kontestasi pengetahuan berdasarkan dinamika sosial politik yang terus berkembang. Kristalisasi kontestasi ilmu pengetahuan mengarah pada suatu tradisi dan paradigma yang “ketat” dalam lingkup ontology, epistemology, dan axiology. Berdasarkan perdebatan filosofis inilah kemudian diskursus ilmu pengetahuan “terbelah” dalam kategori Teori Tradisional versus Teori Kritis.
Teori Kritis mengecam Teori Tradisional yang hanya bekerja dalam menjelaskan (erklaren) realitas sosial apa adanya, ataupun sekadar membuka tabir makna (verstehen) atas realitas sosial itu, tanpa adanya upaya melakukan perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Teori Kritis berupaya menciptakan pencerahan, pembebasan (emansipasi) atas “mitos baru” yang dialami oleh manusia modern. Bagi Teori Kritis, ilmu pengetahuan diciptakan untuk membebaskan manusia dari segala belenggu dominasi. Implikasi aksiologis dari pemikiran Teori Kritis menggeser ideologi ilmu yang sekian lama membentuk mindset ilmuwan bahwa sosiologi sebagai ilmu yang bebas nilai (value free) ke arah ilmu yang bersifat emansipatoris.
Uraian komprehensif terkait misi tersebut dijelaskan dalam buku ini dengan bahasa yang mudah dipahami. Dengan demikian, kehadiran buku ini di tangan pembaca diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengantar pemahaman sosiologi kritik. Buku ini dipandang penting menjadi bacaan bagi mahasiswa ilmu sosial (terutama sosiologi), akademisi, dan praktisi sosial. » Terimakasih telah membaca: Paradigma Teori Kritis Sebarkan Melalui:
0 Response to "Paradigma Teori Kritis"
Posting Komentar